Kamis, 25 November 2010

stop!

Nathaniel: You’re missing the point.
David: There is no point, that’s the point.
David: Isn’t it?
Nathaniel: Don’t give me this phony existential bullshit, I expect better from you. The point’s right in front of your face.
David: Well I’m sorry but I don’t see it.
Nathaniel: You’re not even grateful are ya?
David: Grateful? For the worst fucking experience of my life?
Nathaniel: You hang onto your pain like it means something, like it’s worth something - well let me tell ya, it’s not worth shit. Let it go. Infinite possibilities and all he can do is whine.
David: Well, what am I supposed to do?
Nathaniel: What do you think? You can do anything, you lucky bastard, you’re alive!
Nathaniel: What’s a little pain compared to that?
David: It can’t be so simple.
Nathaniel: What if it is?

(Six Feet Under - 4:12, Untitled)

Kenapa setiap saya lihat adegan ini saya merasa saya orang paling bodoh di dunia mengeluh melulu? Kenapa jiwa oodipus saya jadi bangkit.. dan salah sasaran ke Richard Jenskins? lol. Kenapa saya seakan amnesia mendadak kalau David itu.. ah, sudahlah. Itu gak penting.

Jujur, scene ini cantik banget. Directing-nya keren, writing-nya bikin saya aww, aktingnya juga. Maklum deh, satunya kan Oscar-nominee, satu lagi Emmy-nominee yak :p. Tapi saya gak bakal ngebahas mengenai betapa awesome-nya adegan yang satu ini~.

Saya lagi pengen ngebandingin keadaan saya aja, kok.

Quote dari adegan ini memang "nancep" bangeet. Ribet banget yah kadang orang hidup, sudah masih dapat kesempatan mengubah - atau melakukan sesuatu yang meringankan masalah, kita malah terjebak di masalah itu. Merasa terkurung.

Bodoh memang. Tapi akuilah, anda (dan saya, terutama!) pasti kayak gitu juga kan?

.

.

..I always read this when I feel bad and sad, really.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar